Tag Archive for: Bismillah

Memohon Kasih Sayang

Menyebut Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm dalam doa atau basmalah bukan sekadar pujian, tapi juga permohonan implisit agar Allah melimpahkan kasih sayang-Nya.

Barangsiapa membaca Bismillāh al-Raḥmān al-Raḥīm, maka Allah akan memberkahi setiap langkahnya. Yang menggambarkan makna hadis.

Hadis Nabi ﷺ:

“Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan Bismillāh, maka ia abtar (kurang berkah).” (HR. Abu Dawud, al-Bayhaqī).

Ini menunjukkan bahwa kalimat itu sendiri adalah doa, permohonan rahmat yang meliputi kehidupan dunia (rahmat umum) dan akhirat (rahmat khusus).

Namun, kita terbiasa mengucapkan “Bismillah” sebelum memulai sesuatu, tapi sekadar refleks verbal, tanpa hadirnya hati.

Ini paradoks, karena doa yang seharusnya menjadi penghubung dengan Allah, justru jadi ritual otomatis tanpa kesadaran.

Tentu saja hilangnya ruh doa. Ucapan Bismillah seharusnya menghubungkan hati dengan Allah. Kalau hanya verbal, doa jadi kering tanpa makna.

Dan berkah berkurang. Para ulama menafsirkan hadis abtar sebagai kurang berkah. Artinya, amal yang dimulai dengan basmalah tanpa kesadaran hati bisa tidak menghasilkan keberkahan maksimal.

Adanya tumpang tindih antara doa dan maksiat yang bikin “perih”. Orang bisa saja berkata Bismillah sebelum melakukan hal yang salah, karena tidak ada kesadaran penuh. Ini menimbulkan kontradiksi moral.

Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm

Kedua sifat ini sama-sama berasal dari akar kata raḥmah (rahmat) yang berarti kasih sayang. Namun, penggunaannya berbeda:

Ar-Raḥmān, menunjukkan rahmat Allah yang universal dan meliputi semua makhluk, baik mukmin maupun kafir, di dunia ini. Dan Ar-Raḥīm, menunjukkan rahmat Allah yang khusus, intens, dan berkelanjutan, terutama bagi hamba-hamba beriman di akhirat.

QS. Al-A‘rāf: 156

“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu, maka akan Aku tetapkan rahmat itu bagi orang-orang yang bertakwa, menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.”

Notes:

Hadis dengan redaksi:

“Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan (ucapan) Bismillāh, maka urusan itu terputus (kurang berkah, tidak sempurna)” diriwayatkan oleh Abū Dāwud dalam Sunan Abī Dāwūd, Kitāb al-Adab, no. 4940; al-Bayhaqī dalam al-Sunan al-Kubrā (10/118); dan Ibn Ḥibbān dalam Ṣaḥīḥ Ibn Ḥibbān (3/239).

Hadis ini dinilai ḍa‘īf karena keterputusan sanad, namun diperkuat oleh jalur lain sehingga sebagian ulama menilainya ḥasan li-ghayrih.

Ungkapan populer “Barangsiapa membaca Bismillāh al-Raḥmān al-Raḥīm, maka Allah akan memberkahi setiap langkahnya” bukan redaksi hadis, melainkan penyederhanaan makna dari riwayat di atas dan riwayat-riwayat lain tentang keutamaan basmalah.

Bismillah

Bismillah bukan hanya pembuka ritual atau bacaan, melainkan fondasi spiritual yang seharusnya menjiwai seluruh aktivitas manusia. Menjadi titik tolak dari kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan—

Baik itu kala membangun rumah, saat menulis buku, mengajar anak-anak, atau bahkan sekadar menyapa antar sesama—yang kesemuanya berakar pada hubungan kita dengan Tuhan.

Dengan mengucapkan Bismillah, manusia tidak hanya memulai sesuatu, tapi ia menegaskan bahwa dunia yang ia bangun bukan sekadar hasil kerja keras, melainkan pancaran dari rahmat dan izin Ilahi.

Dunia yang dikerjakan manusia, dalam kerangka ini, bukan dunia yang terlepas dari Tuhan, melainkan dunia yang terhubung, yang bernafas dalam irama kasih sayang-Nya: Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Spiritualitas bukan berada di luar kehidupan, tapi justru menjadi inti dari kehidupan itu sendiri. Bismillah adalah jembatan antara niat dan tindakan, antara dunia batin dan dunia lahir.

Ia menjadi basis spiritual yang menyucikan kerja, memberi makna pada usaha, dan mengarahkan manusia untuk tidak sekadar mencipta, tetapi mencipta dengan kesadaran Ilahi.

Bayangkan jika setiap manusia memulai pekerjaannya dengan kesadaran seperti itu—dunia yang dibangun akan lebih jujur, lebih adil, dan lebih penuh kasih. Dunia yang tidak hanya berfungsi, tapi juga berdoa.[]